Kamis, 01 Maret 2012

BKI BESOK


Identifikasi Permasalahan di Dunia Usaha

A.   Seleksi Karyawan
Proses seleksi merupakan usaha yang sistematik yang dilakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang diterima menjadi anggota organisasi adalah orang-orang yang dianggap paling tepat untuk dipekerjakan. Adapun instrumen seleksi yang biasa digunakan adalah :
1.      Ujian tertulis
Yang ingin diketahui melalui pelaksanaan ujian tertulis adalah tingkat pengetahuan umum yang dimiliki oleh para peserta ujian berdasarkan pendidikan formal yang mereka telah tempuh dan diploma yang dimilikinya.
2.      Wawancara
Wawancara diselenggarakan guna memperoleh masukan tambahan tentang pelamar, terutama yang menyangkut persepsi, kepribadian dan nilai-nilai yang dianutnya. Jika hal ini dilakukan dengan baik maka pewawancara akan memperoleh kesan tentang persepsi seseorang mengenai berbagai segi kehidupan organisasional, seperti kerja sama, hubungan atasan bawahan, penyelesaian konflik, penghasilan dan lain sebagainya. Selain itu akan dapat diperoleh juga tentang keperibadian pelamar, nilai-nilai hidup yang dianutnya seperti menyangkut kekuasaan, pandangan ekonomi, nilai estetika, dan lain-lain.
3.      Psiko tes
Penggunaan psiko tes dalam proses seleksi dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai kejiwaan seseorang. Du sasaran pelaksanaannya, diantaranya :
a.      Mencari informasi tambahan yang tidak diperoleh dengan penggunaan instrumen lainnya
b.      Memperkuat atau membatalkan temuan melalui instrumen yang lain
4.      Demonstrasi keterampilan
Maksud utamanya adalah memberikan kesempatan pada pelamar untuk membuktikan apakah keterampilan tertentu yang menurut pengakuannya dimiliki benar-benar sesuai dengan pengakuan dan kebutuhan organisasi. Contoh : keterampilan mengetik, keterampilan mengemudikan kendaraan, menggunakan komputer, dll.

B.   Penempatan Karyawan
Setiap manajer tentunya ingin agar setiap pekerja ditempatkan pada tempat yang tepat sesuai dengan pendidikan, pengetahuan, kemampuan dan pengamannya. Dengan demikian setiap pekerja dapat meraih prestasi kerja yang setinggi mungkin. Informasi tentang karakteristik biografikal, persepsi, kepribadian, nilai-nilai yang dianut yang telah dimiliki harus dimanfaatkan dalam mempertimbangkan penempatan setiap orang dalam organisasi.
Misalnya mengenai karakteristik biografikal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, pengalaman. Mengenai umur asumsi yang lumrah digunakan adalah bahwa semakin panjang umur seseorang, yang bersanngkutan diharapkan semakin dewasa secara mental. Mempertimbangkan hal ini antara lain berarti bahwa dalam menempatkan seseorang yang relatif muda, tingkat rasa tanggung jawabnya dan kematangannya berpikir harus dipertimbangkan.
Pengenalan kepribadian para pekerja sangat penting dikaitkannya dengan penempatannya. Berbagai tipe kepribadian perlu dikenali agar penempatannya dalam organisasi  sedapat mungkin sesuai dengan tipe yang bersangkutan, antara lain :
1.      Jika seorang pekerja ternyata seorang yang ”tertutup”, orang demikian jelas tidak akan cocok ditempatkan pada satuan organisasi yang menuntutnya melakukan interaksi yang intensif dengan orang-orang yang tidak atau belum dikenalnya. Tugas yang mungkin lebih tepat diserahkan kepada orang yang mempunyai sifat tertutup adalah yang memungkinkannya bekerja sendirian, misalnya di laboratorium atau pekerjaan lain yang tidak mengharuskannya terekspos kepada banyak pihak luar.
2.      Jika seorang pekerja tidak memiliki tingkat inteligensi yang tinggi tentunya tidak tepat menyerahkan kepadanya pekerjaan yang memerlukan daya kognitif, daya nalar, inovasi dan kreativitas yang tinggi. Pekerjaan yang cocok diserahkan kepada orang yang demikian adalah pekerjaan yang rutinistik dan mekanistik.
3.      Seorang perasa tepat ditempatkan pada posisi yang mengakibatkannya tidak harus sering berhadapan pada situasi konflik karena dengan demikian ia tidak akan mudah tersinggung.
4.      Seorang pegawai yang ”gampang diurus’ dalam arti suka membantah atasan mungkin tepat diberi tugas yang memerlukan kerajinan, ketekunan, dan kepatuhan kepada petunjuk, tetapi bukan untuk tugas yang menuntut tingkat kemandirian yang tinggi.

C.    Kepuasan Kerja
Salah satu kepuasan sejati yang bisa diperoleh dalam lingkungan kerja adalah rasa bangga puas dan keberhasilan/sukses melaksanakan tugas pekerjaan sampai tuntas yang disebut sebagai pemuas instink keahlian/keterampilan. Prestasi kerja atau sukses dalam berkarya itu memberikan pada seseorang status sosial, respect dan pengakuan dari lingkungan masyarakatnya.
Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Kepuasan kerja akan berbeda pada masing-masing individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-ciri kepuasan dari masing-masing individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu dapat diketahui.
Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa pendapat sebagaimana hasil penelitian Herzberg, bahwa faktor yang mendatangkan kepuasan adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan kemajuan (Armstrong, 1994: 71). Pendapat lain menyatakan kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan kerja ialah perasaan seseorang terhadap pekerjaan.

D.   Motivasi Kerja
Motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.
Motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomi saja (bentuk uang), tetapi bisa juga dalam bentuk kebutuhan psikis untuk aktif berbuat. Sebabnya antara lain banyak orang dengan suka hati bekerja teus menerus, sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda materil dan uang sedikit pun juga. Walaupun sekuritas (gangguan dan keamanan) sendiru serta keluarganya sudah terjamin, namun seseorang dengan ikhlas hati meneruskan pekerjaannya. Sebab ganjaran yang paling manis dari bekerja adalah nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek dan kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena adanya dimensi tentang pembagian pekerjaan untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya, bawahan sebetulnya mampu akan tetapi malas mengerjakannya, memberikan penghargaan dan kepuasan kerja.

E.   Suasana Kerja
Adanya suasana kerja yang baik, memungkinkan karyawan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan dengan baik, efisien dan efektif. Salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja adalah suasana kerja. Pengertian suasana kerja menurut Nitisemito (1996:131) adalah : Suasana kerja adalah suatu keadaaan yang terdapat dalam struktur dan proses kegiatan perusahaan yang mencerminkan rasa kepuasan pada para pelaksana  atau karyawan yang bersifat menunjang ke arah pencapaian cita-cita yang diinginkan oleh perusahaan secara keseluruhan maupunoleh pelaksana atau karyawan perusahaan.
Sedangkan menurut Sarwoto (1991:144) Suasana kerja adalah : Suasana kerja yang baik dihasilkan terutama dalam organisasi yang tersusun baik. Organisasi yang tidak tersusun secara baik banyak menimbulkan  suasana kerja yang kurang baik pula.  Dari kedua pendapat tersebut dapat diterangkan bahwa terciptanya suasana kerja yang baik tergantung pada bentuk susunan organisasi. Penyusunan organisasi yang kurang baik dapat menyebabkan suasana yang kurang baik. Selain itu juga hubungan antar karyawan dan pimpinan juga sangat berpengaruh dalam suasana kerja. Dengan adanya hubungan baik antara karyawan dan pimpinan, maka dapat ditimbulkan suasana kerja yang baik. Suasana kerja yang baik dapat menimbulkan rasa aman terhadap karyawan perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Kerja merupakan aktifitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia. Seperti bermain bagi kanak-kanak, maka kerja selaku aktivitas sosial bisa memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan orang dewasa. Kerja itu memberikan status, dan mengikat seseorang pada individu lain serta masyarakat.



Sumber :
Kartini kartono. 2002. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar