Kamis, 15 Maret 2012

psikologi konsumen bki


PSIKOLOGI KONSUMEN DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM SUDUT PANDANG PSIKOLOGIS
a. Definisi dari Psikologi Konsumen
Perilaku manusia digerakkan oleh kebutuhan kebutuhan dasar. Sebagai sosial, perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan sosial selain berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan juga berfungsi sebagai kontrol terhadap perilaku individu. Karena individu terlibat dalam mengonsumsi benda benda dan jasa dari lingkungannya, maka dia memiliki perilaku konsumen. Sebagai konsumen, individu akan berada pada situasi yang mengharuskannya akan berada pada situasi yang mengharuskannya membuat keputusan
Psikologi konsumen berakar dari psikologi periklanan dan penjualan. Inti dari berjualan adalah membujuk dan meyakinkan orang lain untuk menerima dan melakukan hal-hal yang disampaikan oleh penjual. Iklan mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi informasi dan fungsi persuasif. Tingkat efektivitas iklan ditentukan oleh:
1) daya penarik perhatian;
2) interes dan sikap calon konsumen;
3) nilai sugesti dari iklan;
4) motivasi calon konsumen.
Pada psikologi konsumen tercakup penelitian tentang konsumen sebagai pembeli dan konsumen sebagai konsumen, konsumen sebagai warga negara, serta sebagai sumber data dari pengetahuan perilaku dasar. Masing-masing metode yang digunakan dalam psikologi konsumen memiliki keluasan perbedaan dalam hal disain eksperimentalnya, subjek yang diteliti, prosedur pengumpulan data, dan instrumen instrumennya. Ada 6 kategori utama penelitian yang digunakan yaitu: (a) efektivitas pengujian periklanan, (b) survei, pendapat konsumen, (c) penilaian sikap konsumen melalui skala penilaian (rating scale) dan teknik projektif (projective to tecniques), (d) pembagian pasar psikologis, (e) pengujian produk, (f) studi perilaku konsumen dalam keadaan alam.
Penelitian sikap konsumen terhadap produk atau pelayanan dapat dilakukan dengan skala penilaian (rating scale) seperti “Semantic Differential” dan dapat pula melalui teknik teknik projektif seperti interpretasi terhadap gambar, bermain peran, visualisasi. Untuk sampel kecil dapat digunakan “depth interviews”. Pembagian pasar psikologis mengajikan deskripsi gabungan tentang kepribadian dan gaya hidup pemakai produk, media, dan atau jasa. Pengujian produk dapat memakai berbagai bentuk uji seperti penelitian identifikasi merek dan pilihan merek, penelitian makanan yang dapat diterima dan air layak minum, dan studi studi pengembangan produk. Studi tentang konsumen dalam keadaan alami timbul dari studi yang pernah dilakukan dalam psikologi ekologi.
Motif seseorang untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan, sangat bervariasi. Biasanya sulit untuk mengetahui motif yang sesungguhnya, ada berbagai motif membeli yang menurut seorang psikolog, Vance Packard, kebanyakan motif pembelian berkisar antara mencari kekayaan dan pangkat.
Di dalam kegiatan menjual membeli sering terjadi perbedaan persepsi. Untuk mengamalkan persepsi perlu dilakukan beberapa hal meliputi, tujuan pemberian informasi, tugas dalam penyampaian informasi, metode komunikasi, alat alat yang digunakan, cara cara penyampaian, informasi, wadah atau organisasi dan personil, lokasi dan tempat operasi, waktu dan lamanya pelaksanaan, penanganan hambatan yang mungkin timbul, sistem pengawasan dan pengendalian.
Tingkah laku konsumen banyak dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik seperti, jenis kelamin, usia,watak, status, sosial ekonomi, serta lokasi tempat tinggal
b. Perilaku Konsumen dalam sudut pandang psikologis.
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku konsumen terkait dengan strategi pemasaran, di mana pemasaran harus mampu menyusun kriteria pembentukan segmen konsumen, kemudian melakukan pengelompokan dan menyusun profil dari konsumen tersebut. Kemudian, pemasar memilih salah satu segmen untuk dijadikan pasar sasaran. Dan setelah itu, pemasar menyusun dan mengimplementasikan strategi bauran pemasaran yang tepat untuk segmen tersebut.
Studi tentang perilaku konsumen juga tidak terlepas pada masalah riset pemasaran. Riset pemasaran adalah salah satu perangkat dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM), yang melakukan pengumpulan informasi tentang sikap, motivasi, keinginan, dan hal-hal lainnya tentang konsumen. Informasi ini digunakan sebagai dasar bagi pembentukan karakteristik dari segmen konsumen sehingga konsumen dapat dikelompokkan dan diidentifikasikan, dan dapat dibedakan dari segmen lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan penerapan Ilmu Psikologi di dalam praktik sehari – harinya.
Contoh Kasus:
Seorang agen penjual alat kecantikan terlebih dahulu mengkaji sifat, minat, dan perilaku konsumen populasi sebelum mengedarkan alat kecantikannya itu kepada mereka. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan produk yang akan dijual. Jika perilaku konsumen negatif/tidak menarik minat populasi, kemungkinan alat kecantikan itu tidak akan laku. Sedangkan, jika perilaku konsumen positif menerima/tertarik, maka tingkat keberhasilan alat kecantikan itu terjual akan sangat besar.
psikologi konsumen
Oktober 12, 2010 oleh yoseptian
Perilaku konsumen adalah:
  • Tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel et al, dalam simamora., 2002)
  • Proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa (Loundon & Bitta, dalam Simamora., 2002)
  • Perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal (Kolder & Amstrong, dalam Simamora., 2002)

Psikologi konsumen adalah:
  • Sebuah cabang ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana aspek psikologis seseorang saat memilih, memutuskan, membeli, atau menggunakan sebuah barang atau jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya.

Konsumen: setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Contoh:  ibu-ibu pembeli sabun cuci, mahasiswa pengguna binder.
Konsumerisme: paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.
Contoh: remaja putri yang sering sekali belanja aneka macam sepatu hak tinggi sebuah merk meskipun sepatu tersebut tidak terlalu diperlukannya.
Konsumsi: suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Contoh: olahragawan yang meminum air mineral setelah berlatih.
Konsumtif : seseorang yang menggunakan atau membeli banyak barang atau jasa tanpa memperhitungkan barang atau jasa tersebut memang kebutuhannya atatu tidak.
Contoh: ibu rumah tangga yang memiliki hobi shopping.

Dalam teori sosiologis dikatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti keluarga dan kelompok-kelompok sosial dimana seseorang itu menjadi anggota. Pada dasarnya seseorang akan berusaha mengharmoniskan perilakunya dengan apa yang dianggap pantas oleh lingkungan sosialnya. Dengan demikian seseorang akan membeli produk jika produk tersebut diterima oleh kelompok sosialnya (Simamora, 2002). Ketika hendak melakukan pembelian terhadap suatu produk, konsumen terpengaruhi oleh beberapa faktor psikologis seperti: motivasi, persepsi, dan kepercayaan (Anorogo & Widiyanti, 1990). Persepsi yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu barang atau jasa diantaranya diperoleh dari pengaruh lingkungan seperti pesan baik dan menarik yang dibuat oleh produsen, animo masyarakat terhadap suatu barang atau jasa, atau penilaian masyarakat luas terhadap produk tersebut, dll.


Sumber:
http://pustaka.ut.ac.id
Afiff, Faisal. (1985). Psikologi Penjualan, Penerbit Angkasa, Bandung.
As’ad. Moh. (1987). Psikologi Industri, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Canter, S. and Canter D. (1982). Psychology in Practice: Perspectives on Professional Psychology, John Wiley & Son Ltd., Singapura.
Engel, James F. (1973). David T Koelat, and Roger D Blackwell, Consumer Behavior, Second Edition, Dryden Press, Hinsdale Illinois.
Loudon, David L. dan Albert J. Della Bitta. (1993). Consumer Behavior. 4th ed. McGraw Hill.
Solomon, Michael R. (2000). Consumer Behavior. Buying, Having and Being. 5th ed. Prentice Hall. New Jersey: Upper Saddle River.
http://syadyside.wordpress.com/2010/10/12/psikologi

Kamis, 01 Maret 2012

BKI BESOK


Identifikasi Permasalahan di Dunia Usaha

A.   Seleksi Karyawan
Proses seleksi merupakan usaha yang sistematik yang dilakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang diterima menjadi anggota organisasi adalah orang-orang yang dianggap paling tepat untuk dipekerjakan. Adapun instrumen seleksi yang biasa digunakan adalah :
1.      Ujian tertulis
Yang ingin diketahui melalui pelaksanaan ujian tertulis adalah tingkat pengetahuan umum yang dimiliki oleh para peserta ujian berdasarkan pendidikan formal yang mereka telah tempuh dan diploma yang dimilikinya.
2.      Wawancara
Wawancara diselenggarakan guna memperoleh masukan tambahan tentang pelamar, terutama yang menyangkut persepsi, kepribadian dan nilai-nilai yang dianutnya. Jika hal ini dilakukan dengan baik maka pewawancara akan memperoleh kesan tentang persepsi seseorang mengenai berbagai segi kehidupan organisasional, seperti kerja sama, hubungan atasan bawahan, penyelesaian konflik, penghasilan dan lain sebagainya. Selain itu akan dapat diperoleh juga tentang keperibadian pelamar, nilai-nilai hidup yang dianutnya seperti menyangkut kekuasaan, pandangan ekonomi, nilai estetika, dan lain-lain.
3.      Psiko tes
Penggunaan psiko tes dalam proses seleksi dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai kejiwaan seseorang. Du sasaran pelaksanaannya, diantaranya :
a.      Mencari informasi tambahan yang tidak diperoleh dengan penggunaan instrumen lainnya
b.      Memperkuat atau membatalkan temuan melalui instrumen yang lain
4.      Demonstrasi keterampilan
Maksud utamanya adalah memberikan kesempatan pada pelamar untuk membuktikan apakah keterampilan tertentu yang menurut pengakuannya dimiliki benar-benar sesuai dengan pengakuan dan kebutuhan organisasi. Contoh : keterampilan mengetik, keterampilan mengemudikan kendaraan, menggunakan komputer, dll.

B.   Penempatan Karyawan
Setiap manajer tentunya ingin agar setiap pekerja ditempatkan pada tempat yang tepat sesuai dengan pendidikan, pengetahuan, kemampuan dan pengamannya. Dengan demikian setiap pekerja dapat meraih prestasi kerja yang setinggi mungkin. Informasi tentang karakteristik biografikal, persepsi, kepribadian, nilai-nilai yang dianut yang telah dimiliki harus dimanfaatkan dalam mempertimbangkan penempatan setiap orang dalam organisasi.
Misalnya mengenai karakteristik biografikal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, pengalaman. Mengenai umur asumsi yang lumrah digunakan adalah bahwa semakin panjang umur seseorang, yang bersanngkutan diharapkan semakin dewasa secara mental. Mempertimbangkan hal ini antara lain berarti bahwa dalam menempatkan seseorang yang relatif muda, tingkat rasa tanggung jawabnya dan kematangannya berpikir harus dipertimbangkan.
Pengenalan kepribadian para pekerja sangat penting dikaitkannya dengan penempatannya. Berbagai tipe kepribadian perlu dikenali agar penempatannya dalam organisasi  sedapat mungkin sesuai dengan tipe yang bersangkutan, antara lain :
1.      Jika seorang pekerja ternyata seorang yang ”tertutup”, orang demikian jelas tidak akan cocok ditempatkan pada satuan organisasi yang menuntutnya melakukan interaksi yang intensif dengan orang-orang yang tidak atau belum dikenalnya. Tugas yang mungkin lebih tepat diserahkan kepada orang yang mempunyai sifat tertutup adalah yang memungkinkannya bekerja sendirian, misalnya di laboratorium atau pekerjaan lain yang tidak mengharuskannya terekspos kepada banyak pihak luar.
2.      Jika seorang pekerja tidak memiliki tingkat inteligensi yang tinggi tentunya tidak tepat menyerahkan kepadanya pekerjaan yang memerlukan daya kognitif, daya nalar, inovasi dan kreativitas yang tinggi. Pekerjaan yang cocok diserahkan kepada orang yang demikian adalah pekerjaan yang rutinistik dan mekanistik.
3.      Seorang perasa tepat ditempatkan pada posisi yang mengakibatkannya tidak harus sering berhadapan pada situasi konflik karena dengan demikian ia tidak akan mudah tersinggung.
4.      Seorang pegawai yang ”gampang diurus’ dalam arti suka membantah atasan mungkin tepat diberi tugas yang memerlukan kerajinan, ketekunan, dan kepatuhan kepada petunjuk, tetapi bukan untuk tugas yang menuntut tingkat kemandirian yang tinggi.

C.    Kepuasan Kerja
Salah satu kepuasan sejati yang bisa diperoleh dalam lingkungan kerja adalah rasa bangga puas dan keberhasilan/sukses melaksanakan tugas pekerjaan sampai tuntas yang disebut sebagai pemuas instink keahlian/keterampilan. Prestasi kerja atau sukses dalam berkarya itu memberikan pada seseorang status sosial, respect dan pengakuan dari lingkungan masyarakatnya.
Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Kepuasan kerja akan berbeda pada masing-masing individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-ciri kepuasan dari masing-masing individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu dapat diketahui.
Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa pendapat sebagaimana hasil penelitian Herzberg, bahwa faktor yang mendatangkan kepuasan adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan kemajuan (Armstrong, 1994: 71). Pendapat lain menyatakan kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan kerja ialah perasaan seseorang terhadap pekerjaan.

D.   Motivasi Kerja
Motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.
Motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomi saja (bentuk uang), tetapi bisa juga dalam bentuk kebutuhan psikis untuk aktif berbuat. Sebabnya antara lain banyak orang dengan suka hati bekerja teus menerus, sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda materil dan uang sedikit pun juga. Walaupun sekuritas (gangguan dan keamanan) sendiru serta keluarganya sudah terjamin, namun seseorang dengan ikhlas hati meneruskan pekerjaannya. Sebab ganjaran yang paling manis dari bekerja adalah nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek dan kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena adanya dimensi tentang pembagian pekerjaan untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya, bawahan sebetulnya mampu akan tetapi malas mengerjakannya, memberikan penghargaan dan kepuasan kerja.

E.   Suasana Kerja
Adanya suasana kerja yang baik, memungkinkan karyawan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan dengan baik, efisien dan efektif. Salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja adalah suasana kerja. Pengertian suasana kerja menurut Nitisemito (1996:131) adalah : Suasana kerja adalah suatu keadaaan yang terdapat dalam struktur dan proses kegiatan perusahaan yang mencerminkan rasa kepuasan pada para pelaksana  atau karyawan yang bersifat menunjang ke arah pencapaian cita-cita yang diinginkan oleh perusahaan secara keseluruhan maupunoleh pelaksana atau karyawan perusahaan.
Sedangkan menurut Sarwoto (1991:144) Suasana kerja adalah : Suasana kerja yang baik dihasilkan terutama dalam organisasi yang tersusun baik. Organisasi yang tidak tersusun secara baik banyak menimbulkan  suasana kerja yang kurang baik pula.  Dari kedua pendapat tersebut dapat diterangkan bahwa terciptanya suasana kerja yang baik tergantung pada bentuk susunan organisasi. Penyusunan organisasi yang kurang baik dapat menyebabkan suasana yang kurang baik. Selain itu juga hubungan antar karyawan dan pimpinan juga sangat berpengaruh dalam suasana kerja. Dengan adanya hubungan baik antara karyawan dan pimpinan, maka dapat ditimbulkan suasana kerja yang baik. Suasana kerja yang baik dapat menimbulkan rasa aman terhadap karyawan perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Kerja merupakan aktifitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia. Seperti bermain bagi kanak-kanak, maka kerja selaku aktivitas sosial bisa memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan orang dewasa. Kerja itu memberikan status, dan mengikat seseorang pada individu lain serta masyarakat.



Sumber :
Kartini kartono. 2002. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada