TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS (SIGMUND FREUD)
A.
SEJARAH SINGKAT FREUD
Menurut Sumadi,
(2005: 121) Sigmun Freud ialah bapak
psikoanalisis lahir di Moravia pada tanggal 6 Mei dan meninggal di London pada
tanggal 23 september 1939. Selama hampir 80 tahun freud tinggal di Wina dan
baru meninggal kota ketika Nazi menaklukan Austria. Freud bercita-cita ingin
menjadi ahli ilmu pengetahuan dan dengan keinginan itu pada tahun 1873 masuk
fakultas kedokteran Wina , tamat tahun 1881.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah
sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga
memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat
seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia
semenjak kecil dari ibunya.
Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami
perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai prilaku lain yang
disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Namun dalam
perjalanannya setelah kolega kerjanya Alferd Adler, mengungkapkan adanya
insting mati didalam diri manusia, walaupun Freud pada awalnya menolak
pernyataan Adler tersebut dengan menyangkalnya habis-habisan, namun pada
akhirnya Freudpun mensejajarkan atau tidak menunggalkan insting seksual saja
yang ada didalam diri manusia, namun disandingkan dengan insting mati (Thanatos).
Walaupun begitu dia tidak pernah menyinggung asal teori tersebut sebetulnya
dikemukakan oleh Adler awal mulanya.
Freud tertarik dan belajar hipnotis di Perancis, lalu menggunakannya untuk membantu
penderita penyakit mental. Freud kemudian
meninggalkan hipnotis setelah ia berhasil menggunakan metode baru untuk
menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar,
asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah
yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak
disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan
oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang
abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan
berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat
digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik
berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena
ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah
berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk
diselesaikan.
B.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud
saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud
sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari
ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah
psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka.
Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang
menciptakan nama "psikologi analitis" (en: Analitycal
psychology) dan "psikologi individual" (en: Individual
psychology) bagi ajaran masing-masing.
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan, antara lain:
3) suatu metoda perlakuan
terhadap penyakit psikologis atau emosional.
C.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri
dari id, ego dan superego. Id
adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana
sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego
adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem
kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia
dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar
nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral
dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk,
salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing
bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja
dinamika dan mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu
sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua
dari aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id
dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme
individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan
struktur kepribadian manusia.
Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja
masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah:
Ø
apabila rasa id-nya
menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak
primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya,
Ø
apabila rasa ego-nya
menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan
cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
Ø
apabila rasa super
ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan
bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna
yang kadang-kadang irrasional.
Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia
tersebut adalah:
1.
Id merupakan sistem
kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya
memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan
tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak
tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A.
Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses
primer.
2.
Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di
luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur
dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi
lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar. Ia
bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego
ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti
manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk
mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang
3.
superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter
dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk,
boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu
yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
D.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Sumadi,
( 2005 : 129 ) hukum penyimpangan tenaga (conservation of energy) maka energy
dapat berpindah dari satu tempat ketempat yang lain , tetapi tidak dapat
hilang.berdasarkan pada pemikiran itu freud berpendapat bahwa energy psikis
dapat di pindahkan ke energy fisiplogis dan sebaliknya .jembatan energy tubuh
dengan kepribadian ialah dengan instink-instinknya .
1.
Instink adalah sumber perangsang somatis
dalam yang di bawa sejak lahir , perangsang psikologis(kebutuhan) , dan
perangsang jasmani(keinginan).
Suatu instink
itu mempunyai empat macam sifat , yaitu :
Ø .Sumber
instink yaitu kondisi jasmaniah , yaitu kebutuhan
Ø Tujuan
instink yaitu menghilangkan rangsangan kejasmanian , sehingga ketidak enakan
dapat di tiadakan .
Ø Objek
instink yaitu segala aktifitas yang mengatasi keinginan dan terpenuhinya
keinginan itu.
Ø Pendorong
atau penggerak insting adalah kekuatan insting yang tergantung kepada
intensitas (besar kecilnya ) kebutuhan.
Freud menerima
bahwa bermacam-macam insting itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
,yaitu:
a.
Insting-insting hidup
Fungsi-fungsi insting
hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras.
b.
Insting-insting mati
Insting – insting mati
disebut juga insting-insting merusak ( desruktif ), yang fungsinya kurang jelas
jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal.
2.
Distribusi dan penggunaan energi psikis
Dinamika
kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu di distibusikan serta
digunakan oleh das Es, das Ich dan das Ueber Ich. Pada mulanya das Es yang
memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gerakan-gerakkan refleks dan
pemenuhan keinginan. Das Ich tidak mempunayi energi sendiri, maka dia harus
meminjamnya daari das Es. Jadi harus ada
perpindahan energi dari das Es ke das Ich yang terjadi karena suatu mekanisme
yang disebut identifikasi.
3.
Kecemasan atau ketakutan
Dinamika
kepribadian sebagian besar dikuasai oleh keharusa untuk memuasakan kebutuhan
dengan cara berhubungan dengan objek-objek di dunia luar, lingkungan
menyediakan makan orang yang lapar dan mimuman bagi orang yang haus, disamping
itu juga berisikan daerah-daerah yang bebahaya dan tidak aman, jadi lingkungan
dapat memberikan kepuasan maupun mengancam.
Biasanya reaksi individu terhadap
ancaman ketidaksenangan dan pengrusakkan yang belum dihadapinya adalah menjadi
cemas atau takut. Orang yang merasa terancam adalah orang penakut.
Freud
mengemukakan ada tiga macam kecemasan, yaitu :
1.
Kecemasan realities
2.
Kecemasan neurotis
3.
Kecemasan moral adalah kecemasan kata
hati
Fungsi kecemasan
atau ketakutan itu ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya
sebagai isarat bagi das Ich. Kecemasan atau
kekuatanyang tidak dapat dikuasai dengan tindakkan-tindakkan yang
efektif disebut kekuatan traumatis.
E.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang
sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari
lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati
serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini
sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun
(dalam A.Supratika), yaitu:
(1) tahap oral,
(2) tahap anal: 1-3 tahun,
(3) tahap palus: 3-6 tahun,
(4) tahap laten: 6-12 tahun,
(5) tahap genetal: 12-18 tahun,
F.
PENYIMPANGAN KEPRIBADIAN
Sumber kepribadian yang
abnormal, menurut hansen JC Stevic RR dan warner (1977) membagi atas dua yaitu:
1.
Ketidak sesuaian dan ketidak efektifan
antara kerja ID, ego, dan super ego
Akibat
ketidak efektifn kerja id, ego, super ego akan menimbulkan kecemasan pada diri
individu, karena mungkin ada yang di represi, dan yang direpresi itu setiap
kali ingin muncul kedalam kesadaran. Orang yang insomia, selalu cemas dan
phobia hal ini banyak disebabkan oleh unsur egonya tidak berjalan dengan baik
2.
Proses belajar pada masa kanak-kanak
yang tidak sesuai atau tidak benar
Proses
belajar pada masa kanak-kanak atau yang tidak benar misalnya anak terlalu
banyak mendapat tekanan dengan nilai-nilai yang amat kaku, dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian, karena hal demikian menimbulkan konflik-konflik dalam
diri sendir.
G.
IMPLIKASI TERHADAP PRAKTIK PELAYANAN BK
Apabila menyimak konsep kunci dari teori
kepribadian Sigmund Freud, maka ada beberapa teorinya yang dapat aplikasikan
dalam bimbingan, yaitu:
1. konsep kunci bahwa ”manusia
adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”. Konsep ini dapat
dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu
memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian
konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang
dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan
benar-benar efektif. Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan itu sendiri.
Mortensen (dalam Yusuf
Gunawan) membagi fungsi bimbingan kepada tiga yaitu:
Ø
memahami individu (understanding-individu)
Ø
preventif dan pengembangan
individual, dan
Memahami individu.
Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan
yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat,
kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang
efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan. Karena
tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas
pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya bimbingan tidak dapat berfungsi
efektif jika konselor kurang pengetahuan dan pengertian mengenai motif dan
tingkah laku konseli, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat
berhasil baik.
Preventif dan
pengembangan individual. Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang.
Preventif berusaha mencegah kemorosotan perkembangan anak dan minimal dapat
memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian
pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan
pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya
secara optimal.
Membantu individu
untuk menyempurnakan. Setiap manusia
pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi
lingkungannya. Pertolongan setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih
pada tingkatannya dari pada macamnya, jadi sangat tergantung apa yang menjadi
kebutuhan dan potensi yang ia meliki. Bimbingan dapat memberikan pertolongan
pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan
yang dimilikinya.
2. konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia
dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu
individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih,
memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan
kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya;
mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu
memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.
Dengan demikian kecemasan
yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan
bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup dalam
kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasan-kecemasan lain yang
dialami manusia, jadi untuk itu maka bimbingan ini dapat merupakan wadah
dalam rangka mengatasi kecemasan.
3. konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa
lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang
mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan
dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pemebinaan
akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan
membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama
dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui
proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga
mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan
tumbuh menjadi manusia yang baik.
4. teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian
individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun
pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan
harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada
setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu
konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan
perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
Sumber:
Sumadi Suryabrata. 2005. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Rajawali
Howard S. Fridman. 2006.
Kepribadian. Jakarta: Erlangga
With Robert Fliess: The
Complete Letters of Sigmund Freud to Wilhelm Fliess, 1887-1904, Publisher:
Belknap Press, 1986, ISBN 0-674-15421-5
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian.
Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar